Apa
itu Cacing Lumbricus Rubellus :
Cacing tanah jenis
Lumbricus Rubellus adalah cacing tanah yang tergolong dalam kelompok binatang
avertebrata (tidak bertulang belakang) yang hidupnya di tanah yang gembur dan
lembab. Cacing ini adalah salah satu jenis cacing yang termasuk dalam kelompok
cacing epigeic. Kedua jenis cacing ini sangat mudah untuk diternak ,selain itu
perkembangbiakannya sangat cepat dibanding dengan jenis cacing lain.
Media
Pemeliharaan beserta Cara Pemeliharaan cacing :
Limbah kotoran sapi sangat bagus untuk pertumbuhan berat badan dan perkembangbiakan cacing lumbricus Rubellus. Apa bila kita masukan 1 kg cacing lumbricus Rubellus pada satu kotak yang berisi media campuran 1 kg serbuk gergaji yang telah kita rendam dalam air dengan tujuan untuk menghilangkan getah dan bau, dengan 3 kg kotoran sapi yang sudah lama atau sudah menghitam. Lalu kita berikan pakan dari ampas tahu atau ampas aren, maka dalam jangka waktu dua minggu cacing tersebut akan bertelur.
Setelah terlihat telurnya matang atau terlihat kekuningan, kita pisahkan antara cacing induk dengan telornya, induknya kita simpan kemedia yang baru dan telor yang berada dimedia tadi kita biarkan selama kurang lebih dua minggu, maka telor tersebut akan menetas setelah menetas baru kita kasih pakan secara rutin, dalam waktu satu bulan kemudian atau paling lambat 6 minggu cacing tersebut telah jadi dewasa dan siap bertelur seperti induknya.
Sementara itu, Induknya yang sudah bertelur, setelah dua minggu kemudian dia akan bertelur lagi. Terus begitu, bila pakannya bagus induk cacing tersebut setiap dua atau tiga minggu sekali ia akan bertelur. Dalam dua bulan dia akan menghasilkan empat keturunan, bila kita punya induk sebanyak 100kg dalam dua bulan kita akan punya 800kg calon anak cacing, bahkan bisa saja lebih karena setiap satu butir telur cacing lumbricus rubellus berisi 4 ekor anak cacing.
Manfaat/Kegunaan Cacing Lumbricus :
Dalam bidang pertanian, cacing dapat menghancurkan bahan organik sehingga lebih mudah untuk memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. Selain itu juga cacing tanah dapat digunakan sebagai:
Bahan Pakan Ternak.
Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan kodok.
Diantara lebih dari
1800 jenis cacing yang dikenal oleh para ilmuwan ada dua jenis cacing yang
biasa kita pakai di dalam budidaya cacing dan proses pembuatan pupuk organik,
yaitu jenis Cacing
Lumbricus Rubellus dan Eisenia Fetida (cacing Tiger/harimau)
Cacing tanah menyimpan banyak khasiat. Kenyataannya, banyak orang yang mengonsumsinya untuk menyembuhkan beberapa penyakit, tanpa efek samping.
Cacing tanah menyimpan banyak khasiat. Kenyataannya, banyak orang yang mengonsumsinya untuk menyembuhkan beberapa penyakit, tanpa efek samping.
Kandungan
Cacing Lumbricus :
·
Menurut
para ahli cacing Lumbricus Rubellus mengandung kadar protein sangat tinggi
sekitar 76%. Kadar ini lebih tinggi dibandingkan daging mamalia (65%) atau ikan
(50%).
·
Beberapa
penelitian telah membuktikan adanya daya antibakteri dari protein hasil
ekstrasi cacing tanah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif
Escherichia coli, Shigella dysenterica, Staphylococcus aureus dan Salmonella
thyp
Dari berbagai sumber para ahli dan pakar cacing mengatakan bahwa banyak sekali manfaat dan khasiat dari cacing tanah ini . Diantaranya untuk :
Sembuhkan Typus
Menurunkan kadar kolesterol
Meningkatkan daya tahan tubuh
Menurunkan tekanan darah tinggi
Meningkatkan nafsu makan
Mengobati infeksi saluran pencernaan seperti typus, disentri, diare, serta gangguan perut lainnya seperti maag
Mengobati penyakit infeksi saluran pernapasan seperti: batuk, asma, influenza, bronchitis dan TBC
Mengurangi pegal-pegal akibat keletihan maupun akibat reumatik
Menurunkan kadar gula darah penderita diabetes
Mengobati wasir, exim, alergi, luka dan sakit gigi. (diolah dari beberapa sumber).
Dari berbagai sumber para ahli dan pakar cacing mengatakan bahwa banyak sekali manfaat dan khasiat dari cacing tanah ini . Diantaranya untuk :
Sembuhkan Typus
Menurunkan kadar kolesterol
Meningkatkan daya tahan tubuh
Menurunkan tekanan darah tinggi
Meningkatkan nafsu makan
Mengobati infeksi saluran pencernaan seperti typus, disentri, diare, serta gangguan perut lainnya seperti maag
Mengobati penyakit infeksi saluran pernapasan seperti: batuk, asma, influenza, bronchitis dan TBC
Mengurangi pegal-pegal akibat keletihan maupun akibat reumatik
Menurunkan kadar gula darah penderita diabetes
Mengobati wasir, exim, alergi, luka dan sakit gigi. (diolah dari beberapa sumber).
CACING tanah
termasuk hewan tingkat rendah, karena tidak mempunyai tulang belakang
(invertebrata) dan termasuk kelas Oligochaeta. Cacing tanah bukanlah hewan yang
asing bagi kita, terutama bagi masyarakat di perdesaan. Di balik bentuknya yang
menjijikkan, ternyata hewan ini mempunyai potensi sangat menakjubkan bagi
kehidupan dan kesejahteraan manusia.
Anda mungkin tidak
tahu, bahwa ternyata banyak yang membutuhkan cacing ini. Bahkan, di pasar luar
negeri kebutuhan cacing tanah cukup besar. Korea Selatan misalnya, membutuhkan
cacing tanah sekitar 35.000 ton per bulan untuk dijadikan pakan ayam.
Untuk keperluan
pasar ekspor ini, cacing tanah bukan hanya dijadikan sebagai pakan ternak
tetapi juga sebagai bahan baku lain. Di Cina, cacing jenis ini digunakan
sebagai obat tradisional. Di Prancis dan Italia, cacing ini dijadikan
bahan kosmetika untuk menghaluskan dan melembutkan kulit.
Sementara di
Jepang dan beberapa negara Eropa, dijadikan bahan tambahan dalam pembuatan
makanan dan minuman. Di Indonesia sendiri, cacing tanah sudah mulai
dimanfaatkan sebagai bahan baku obat.
Dengan aspek
ekonomisnya yang cukup menjanjikan, bahkan memiliki banyak manfaat bagi
kesehatan manusia, tak salah jika saat ini banyak masyarakat yang
membudidayakannya.
Jenis-jenis yang
paling banyak dikembangkan oleh manusia berasal dari famili Megascolicidae dan
Lumbricidae dengan genus Lumbricus, Eiseinia, Pheretima, Perionyx, Diplocardi
dan Lidrillus.
Berbagai Manfaat
Melihat berbagai manfaat inilah, maka cacing tanah jika dikelola secara baik
dan benar bisa menjadi usaha yang lumayan menguntungkan. Jika Anda mampu
mengolah proses produksi sejak hulu hingga hilir, tentu keuntungan bisa makin
berlipat.
Yang pertama kali
harus dilakukan dalam membudidayakan hewan ini adalah persiapan sarana dan
peralatan. Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah dan
mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat.
Salah satu contoh
kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah berukuran 1,5 x 18 m
dengan tinggi 0,45 m. Di dalamnya, dibuat rak-rak bertingkat sebagai
wadah-wadah pemeliharaan.
Bahan untuk media
pembuatan sarang adalah, kotoran hewan, dedaunan/buah-buahan, batang pisang,
limbah rumah tangga, limbah pasar, kertas koran, kardus, kayu lapu, bubur kayu.
Bahan yang
tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai bahan, kecuali
kotoran ternak, diaduk dan ditambah air, kemudian diaduk kembali. Bahan
campuran dan kotaran ternak dijadikan satu dengan persentase perbandingan 70:30
ditambah air secukupnya supaya tetap basah.
Kemudian yang tak
kalah penting adalah proses pembibitan. Persiapan yang diperlukan dalam
pembudidayaan cacing tanah adalah meramu media tumbuh, menyediakan bibit
unggul, mempersiapkan kandang cacing dan kandang pelindung.
Sebaiknya, dalam
beternak cacing tanah secara komersial digunakan bibit yang sudah ada karena
diperlukan pengembangbiakan dalam jumlah yang besar. Namun, bila akan dimulai
dari skala kecil dapat pula dipakai bibit cacing tanah dari alam, yang
diperoleh dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan
kotoran hewan.
Bibit Cacing
Apabila media pemeliharaan telah siap dan bibit cacing tanah sudah ada, maka
penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing
tanah yang ada, tidaklah sekaligus dimasukkan ke dalam media, tetapi harus
dicoba sedikit demi sedikit.
Beberapa bibit
cacing tanah diletakkan di atas media, kemudian diamati apakah bibit cacing itu
masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang
lain dimasukkan. Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang berkeliaran di
atas media atau ada yang meninggalkan media.
Apabila dalam
waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah, berarti cacing tanah itu betah
dan media sudah cocok. Sebaliknya, bila media tidak cocok, cacing akan
berkeliaran di permukaan media.
Untuk
mengatasinya, media harus segera diganti dengan yang baru. Cacing tanah
termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam
satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat dilakukannya sendiri.
Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon
yang berisi telur-telur.
Kokon berbentuk
lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon ini diletakkan
di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon
akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor.
Diperkirakan, 100
ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah
mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang
(klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama 7-10 hari setelah perkawinan cacing
dewasa akan dihasilkan 1 kokon.
Pakan Untuk
pemeliharaannya, yang perlu diperhatikan adalah pemberian pakan. Cacing tanah
diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat cacing tanah yang
ditanam. Apabila yang ditanam 1 kg, maka pakan yang harus diberikan juga harus
1 kg.
Secara umum, pakan
cacing tanah berupa semua kotoran hewan, kecuali kotoran yang hanya dipakai
sebagai media. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan, adalah pakan
yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara diblender. Bubur
pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi seluruh permukaan
media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan.
Keberhasilan
beternak cacing tanah tidak terlepas dari pengendalian terhadap hama dan musuh
cacing. Beberapa hama dan musuh cacing tanah antara lain semut, kumbang,
burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa,
lintah, kutu dan lain-lain.
Musuh yang juga
ditakuti adalah semut merah yang memakan pakan cacing tanah yang mengandung
karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini diperlukan untuk penggemukan
cacing tanah.
Dalam beternak
cacing tanah ada dua hasil terpenting yang dapat diharapkan, yaitu biomas
(cacing tanah itu sendiri) dan kascing (bekas cacing).
Panen cacing dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan mengunakan alat penerangan
seperti lampu petromaks, lampu neon atau bohlam. Cacing tanah sangat sensitif
terhadap cahaya, sehingga mereka akan berkumpul di bagian atas media. Kemudian
kita tinggal memisahkan cacing tanah itu dengan medianya.
Ada cara panen
yang lebih ekonomis dengan membalikkan sarang. Di balik sarang yang gelap ini
cacing biasanya berkumpul dan cacing mudah terkumpul, kemudian sarang di balik
kembali dan pisahkan cacing yang tertinggal.
Jika pada saat
panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur), maka sarang dikembalikan
pada wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30 hari. Dalam jangka waktu
itu, telur akan menetas.
Lumbricus rubellus adalah spesies cacing tanah
yang berhubungan dengan Lumbricus terrestris. Biasanya cokelat kemerahan atau
ungu kemerahan, bagian punggung berwarna-warni, dan bagian perut berwarna
kuning pucat. Mereka biasanya mempunyai panjang sekitar 1 sampai 4 inci (25-105
mm), dengan sekitar 95-120 segmen.
Penampilan
Lumbricus rubellus, atau “Cacing Tanah Merah”, berkisar dari 1 sampai 4 inci (25-105mm) panjang dan memiliki warna kemerahan, semi-transparan, fleksibel kulit halus melingkar tersegmentasi menjadi beberapa bagian. Setiap segmen berisi empat pasang setae, atau bulu, dan jumlah segmen per organisme jatuh tempo berkisar 95-105 (Edwards dan Lofty 1972). Segmentasi Lumbricus rubellus mengidentifikasi organisme sebagai anggota Filum Annelida, sedangkan diperbesar segmen anterior terhadap organisme yang disebut clitellum keanggotaan menunjukkan untuk Kelas Clitellata. Anggota kelas ini juga didefinisikan dengan memiliki permanen gonad.
Habitat
Lumbricus rubellus alami tinggal di tanah di bagian atas pada bahan organik (Edwards dan Lofty 1972). Lumbricus rubellus memerlukan tanah yang lembab dan cukup untuk pertukaran gas (Wallwork 1983). Persyaratan lebih lanjut termasuk faktor abiotik seperti pH dan suhu.
Berbagai faktor abiotik yang signifikan untuk Lumbricus rubellus, Reynolds mencatat bahwa pH adalah penting tertentu, dan bahwa pH 5,5-8,7 dapat diterima dengan preferensi untuk sodils netral. Edwards dan Lofty mencatat bahwa temperatur juga signifikan, dengan implikasi untuk pertumbuhan, respirasi, metabolisme dan reproduksi. Mereka mencatat suhu ideal 51 derajat Fahrenheit (10,6 derajat Celcius). Faktor abiotik lebih lanjut kelembaban, dan dicatat oleh Edwards dan Lofty sebagai penting untuk pernafasan cacing tanah (respirasi). Sebuah spesies yang sama, Millsonia anomala, paling aktif pada kadar air 10-17%. Substratum untuk Lumbricus rubellus berhubungan dengan makanan jenis sumber dan persyaratan pH dan kelembaban. Sehubungan dengan intensitas cahaya, Edwards dan Lofty mencatat bahwa sebagian besar spesies cacing tanah photonegative untuk sumber cahaya yang kuat dan photopositive lemah sumber-sumber cahaya. Hal ini disebabkan oleh efek cahaya yang kuat, seperti pengeringan dan kurangnya sumber makanan yang ditemukan di atas tanah untuk cacing tanah (Edwards dan Lofty).
Penampilan
Lumbricus rubellus, atau “Cacing Tanah Merah”, berkisar dari 1 sampai 4 inci (25-105mm) panjang dan memiliki warna kemerahan, semi-transparan, fleksibel kulit halus melingkar tersegmentasi menjadi beberapa bagian. Setiap segmen berisi empat pasang setae, atau bulu, dan jumlah segmen per organisme jatuh tempo berkisar 95-105 (Edwards dan Lofty 1972). Segmentasi Lumbricus rubellus mengidentifikasi organisme sebagai anggota Filum Annelida, sedangkan diperbesar segmen anterior terhadap organisme yang disebut clitellum keanggotaan menunjukkan untuk Kelas Clitellata. Anggota kelas ini juga didefinisikan dengan memiliki permanen gonad.
Habitat
Lumbricus rubellus alami tinggal di tanah di bagian atas pada bahan organik (Edwards dan Lofty 1972). Lumbricus rubellus memerlukan tanah yang lembab dan cukup untuk pertukaran gas (Wallwork 1983). Persyaratan lebih lanjut termasuk faktor abiotik seperti pH dan suhu.
Berbagai faktor abiotik yang signifikan untuk Lumbricus rubellus, Reynolds mencatat bahwa pH adalah penting tertentu, dan bahwa pH 5,5-8,7 dapat diterima dengan preferensi untuk sodils netral. Edwards dan Lofty mencatat bahwa temperatur juga signifikan, dengan implikasi untuk pertumbuhan, respirasi, metabolisme dan reproduksi. Mereka mencatat suhu ideal 51 derajat Fahrenheit (10,6 derajat Celcius). Faktor abiotik lebih lanjut kelembaban, dan dicatat oleh Edwards dan Lofty sebagai penting untuk pernafasan cacing tanah (respirasi). Sebuah spesies yang sama, Millsonia anomala, paling aktif pada kadar air 10-17%. Substratum untuk Lumbricus rubellus berhubungan dengan makanan jenis sumber dan persyaratan pH dan kelembaban. Sehubungan dengan intensitas cahaya, Edwards dan Lofty mencatat bahwa sebagian besar spesies cacing tanah photonegative untuk sumber cahaya yang kuat dan photopositive lemah sumber-sumber cahaya. Hal ini disebabkan oleh efek cahaya yang kuat, seperti pengeringan dan kurangnya sumber makanan yang ditemukan di atas tanah untuk cacing tanah (Edwards dan Lofty).
Perilaku
Organ Lumbricus rubellus yang terkait dengan makan berada di prostomium yang terletak di ujung anterior dari organisme (Edwards dan Lofty 1972). Para kemoreseptor di sini adalah sensitif terhadap alkaloid, polifenol dan asam. Tanggapan negatif disebabkan asam dan alkaloid (pada tingkat tertentu), sedangkan sensitivitas polifenol mengidentifikasi sumber makanan yang berbeda (Edwards dan Lofty 1972). juga dapat ditemukan di bagian lain tubuh organisme. Ini melayani dan mengarahkan organisme ini dari bahaya seperti suhu atau variasi pH dan kemampuan organisme untuk mendapatkan sumber makanan.
Ekosistem
Lumbricus rubellus adalah saprophage yang memakan bahan organik yang dalam keadaan tinggi dekomposisi (Wallwork 1983). Dalam ekosistem, seperti cacing tanah Lumbricus rubellus meningkatkan laju transfer antar tingkat trofik dengan membuatnya lebih mudah bagi tanaman untuk serapan gizi. Dalam rantai makanan, cacing tanah Lumbricus rubellus adalah konsumen utama yang berperan mengubah energi disintesis oleh fotosintesis tanaman menjadi makanan bagi hewan di tingkat trofik yang lebih tinggi (Wallwork 1983).
Satu interaksi biotik yang signifikan dari
hasil Lumbricus rubellus, sehubungan dengan produksi vitamin B12 mikroorganisme
seperti bakteri (Wallwork 1983). Keberadaan cacing tanah seperti Lumbricus
rubellus meningkatkan konsentrasi vitamin B12 memproduksi mikroorganisme dan
vitamin B12 di dalam tanah. Hasilnya adalah hasil jelai meningkat dan
peningkatan volume bahan organik untuk cacing tanah. Dengan cara ini ada
hubungan umpan balik positif (simbiose mutualisme) antara mikroorganisme dan
Lumbricus rubellus.
Manfaat
Dalam pengobatan tradisional China , ekstrak Lumbricus rubellus digunakan untuk penyembuhan sakit dalam perut sebagai antidemam dikenal sebagai Di Long , atau Earth Dragon, untuk mengobati rematik, dahak dan gangguan darah.
No comments:
Post a Comment